Thursday, October 22, 2009

Bunda I

1997
Kau pergi meninggalkan lapisan kerikil
Dengan arakan jantung yang berdebar
Dan cuaca batin yang teramat keruh
Akupun tercekam dalam kebisuan yang agung
Bersama jeruji yang tertawan…begitu dalam

2000
Bunda
Ternyata aku harus kembali pulang
Ke kamar yang Tuhan sediakan
Sambil menangkap ribuan kupu-kupu
Yang kau lepas dari ruang rindumu
Dan kita pun hanya bisa menulis peta sendiri

2009
Masih dengan musim yang sama
Ketika aku mencumbumu dalam diam
Kesepian ini serasa tak henti
Dan kegelapan yang tanpa cahaya
Hingga kudengar lirih sapamu
Dengan sebersit senyum yang basah
Yang menghapus lumut diatas batu

1 comment:

Anonymous said...

Saat terbaca ..yang tersirat adalah rasa rindu yang mendalam untuk dapat mencium tanah basah yang pernah dilalui bersama sebagai sejarah..sekalipun tanpa disadari keduanya..kisah itu pernah ada hanya lewat tatapan mata dan harapan yang tanpa cita..."