Akhirnya kita sampai pada batas
Dimana tak ada lagi batas
Yang memisahkan kamu dan aku
Ketika memberi atau menerima
Ikhlas atau terpaksa
Menjadi tidak jelas lagi batasannya
Diantara kita
Tanpa perlu lagi berunding
Kita telah saling memandang
Jauh kedalam tangisan
Aku temukan lagi sendu itu
Seperti lembar-lembar sejarah
Kembali aku bisu
Aku ingin kau berbagi sepi denganku
Jangan pergi !
Sebab dengan siapa lagi aku menangis dan ketawa
Ada yang lebih buruk dari mati
Ketika hilang pandangku
Dari sinar dan cahayamu
Friday, December 18, 2009
Pagi ini
Pagi ini…
Kumaknai setiap butir embun
Yang terjatuh di dedaunan
Kumaknai jejak-jejakku yang sunyi
Kenangan-kenanganku yang kehilangan puisi
Awal bagiku kamu seperti batu
Dipuncak gunung rahasia yang bisu
Aku pun bisu
Karena ingin berbagi sepi denganmu
Selalu ada perih yang tersisa
Ketika kata-kata hendak pecah dimulutku
Hingga bunga-bunga basah diwajahmu
Senantiasa Ku eja sebagai rindu yang mangganggu
Pagi ini…
Kumaknai setiap senyum rumput yang basah
Sebasah tiga suku kata
Yang hadir pada ketukan yang lembut
Aku…
Cinta….
Kamu…..
Aku gelagapan menoleh kekiri dan kekanan
Aku kasmaran bergulingan dari barat ke timur
Kumaknai setiap butir embun
Yang terjatuh di dedaunan
Kumaknai jejak-jejakku yang sunyi
Kenangan-kenanganku yang kehilangan puisi
Awal bagiku kamu seperti batu
Dipuncak gunung rahasia yang bisu
Aku pun bisu
Karena ingin berbagi sepi denganmu
Selalu ada perih yang tersisa
Ketika kata-kata hendak pecah dimulutku
Hingga bunga-bunga basah diwajahmu
Senantiasa Ku eja sebagai rindu yang mangganggu
Pagi ini…
Kumaknai setiap senyum rumput yang basah
Sebasah tiga suku kata
Yang hadir pada ketukan yang lembut
Aku…
Cinta….
Kamu…..
Aku gelagapan menoleh kekiri dan kekanan
Aku kasmaran bergulingan dari barat ke timur
Saturday, November 28, 2009
Percakapanku dengan Tuhan
Tuhan : Hello..kamu telepon Aku ya ?
Aku : Telepon kamu ? tidak..! siapa ini ?
Tuhan : Ini Tuhan… Saya mendengar do’amu, jadi Ku pikir kita baiknya berbicara
Aku : Saya memang berdo’a. Tapi hanya untuk membuatku merasa enak aja Tuhan. Sebenarnya saya sedang sibuk sekarang…Saya sedang mengerjakan sesuatu
Tuhan : Kamu sibuk apa sih ? semut-semut juga pada sibuk ko..
Aku : Ya banyak lah! tapi aku benar-benar ngga punya waktu luang. Hidup ini seperti dikejar-kejar waktu…dan setiap jam adalah kesibukan.
Tuhan : Pasti lah! Setiap aktivitas akan membuat kamu sibuk…tapi ingat, produktifitas akan membuahkan hasil. Aktifitas itu memakan waktu, tapi produktifitas membebaskannya…
Aku : Saya mengerti, tapi saya tetap masih tidak dapat membayangkan perbedaannya. Tapi ngomong2 saya ngga mengharapkan-Mu menyapaku ko Tuhan..
Tuhan : Ya…Akupun cuma ingin membantu memecahkan masalah kamu ko, dengan memberikan sedikit pencerahan.
Aku : Oke…kalo gitu coba sekarang jelaskan padaku Tuhan, kenapa hidupku begitu sulit dan rumit ?
Tuhan : Eit..Stop !! Berhentilah menilai hidup ! kamu Jalani saja…! Menilai dan menganalisa hidup hanya akan membuat hidupmu terasa sulit dan rumit. Mengerti ?!?
Aku : Lalu kenapa aku selalu merasa tidak bahagia Tuhan ?
Tuhan : Kamu ingat baik-baik ya ! Hari ini adalah “hari esok” yang kamu khawatirkan kemarin ! Kamu khawatir karena kamu menilai dan menganalisa apa yang akan terjadi esok hari. Hingga kekhawatiran telah menjadi kebiasaanmu setiap hari….itulah sebabnya kamu tidak pernah bahagia.
Aku : Tapi bagaimana saya tidak khawatir kalau disana-sini masih banyak ketidakpastian Tuhan ?
Tuhan : Ketidakpastian merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, tapi “kekhawatiran” adalah pilihan !
Aku : Tapi…bukankah banyak hal yang menyakitkan dalam ketidakpastian ?
Tuhan : Rasa sakit itu tidak bisa dihindari , tapi “menderita” karena rasa sakit itu juga pilihan !
Aku : Jika penderitaan itu adalah pilihan, kenapa orang baik selalu menderita ?
Tuhan : Ketahuilah…Intan tidak langsung jadi tanpa digosok, emas juga tidak bisa dimurnikan kecuali dengan api. Orang baik mengalami cobaan tapi tidak menderita karena cobaan itu. Dengan pengalaman buruk itu, mereka akan tumbuh menjadi lebih baik (better) bukan semakin terpuruk (bitter).
Aku : Kau maksud bahwa pengalaman buruk dan penderitaan itu bermanfaat ?
Tuhan : Ya ! bahkan kalau diibaratkan ; pengalaman seperti seorang guru yang streng, dia memberi kita ujian terlebih dahulu baru kemudian kita dapat memperoleh pelajaran dari ujian yang didapat.
Aku : Tapi tetap saja aku penasaran Tuhan. Kenapa sih Aku ngga dibebaskan saja dari berbagai ujian tersebut dan dibiarkan hidup dengan damai dan menyenangkan…?
Tuhan : Hahaha…mana ada ! Masalah adalah penghadang jalan yang akan memberi pelajaran bagimu untuk memperkuat mental. Kekuatan dalam jiwa seseorang tumbuh karena adanya perjuangan dan kesabaran, dan sebaliknya tidak akan pernah berkembang kalau kamu terus-terusan hidup nyaman…paham ?!?
Aku : Ya sih…tapi sebetulnya saya lagi banyak masalah nih, Tuhan. Dan nggak tahu kemana arah penyelesaiannya nanti…
Tuhan : Jika kamu melihat keluar kamu tidak akan pernah tahu dimana dan bagaimana kamu menyelesaikan masalah hidup. Lihatlah keluar kamu akan terus bermimpi… tapi lihatlah ke dalam pasti kamu akan terbangun. Lihatlah dengan mata, kamu akan memperoleh pemandangan indah. Tapi lihatlah dengan hati, kamu akan mendapat pandangan berharga.
Aku : Tapi Kamu kan tahu Tuhan, kesuksesan sulit untuk saya raih. Bahkan kadang-kadang jalan hdup malah menyakitkan kalau saya bertindak sesuai aturan. Sebenarnya saya harus bagaimana ?
Tuhan : Sekali lagi camkan ini….Kesuksesan adalah ukuran yang diberikan oleh orang lain. Sedangkan Kepuasan adalah ukuran yang ditetapkan oleh kamu sendiri. Mengambil jalan yang lurus jauh lebih memuaskan ketimbang mengambil jalan didepan. Bekerjalah dengan kompas dan biarkan orang lain bekerja dengan jam.
Aku : Lantas dalam masa-masa sulit, bagaimana agar tetap termotivasi ?
Tuhan : Yang penting, lihatlah selalu seberapa jauh kamu telah melangkah jangan selalu melihat seberapa jauh kamu harus melangkah. Hitunglah nikmat, jangan menghitung apa yang telah terlewat.
Aku : Bisa aja Kamu Tuhan ! terus boleh tau nggak, apa sih sebenarnya yang paling membuat Kamu heran dari seorang manusia ?
Tuhan : Aku pasti heran kalau ada seorang manusia mengeluh dan merengek “Kenapa harus Aku Tuhan ?”. Ketika mereka maju mereka tidak pernah bilang “kenapa harus Aku?”. Setiap orang berharap memiliki kebenaran disamping mereka, tapi sedikit orang yang tetap berada dijalur kebenaran.
Aku : Tuhan nyindir Aku ya !?
Tuhan : Ya syukur kalo kamu ngarasa….dasar manusia !
Aku : Tapi kadang-kadang Saya bertanya “siapa sih Aku?... dan kenapa Aku harus disini?” tapi saya tidak mendapat jawaban memuaskan dari pertanyaan tersebut.
Tuhan : Kamu camkan ucapan-Ku ini !... Mencari bukan untuk menemukan siapa kamu, tapi untuk menentukan ingin menjadi apakah kamu. Berhentilah mencari jawaban mengapa kamu ada disini, tapi buatlah jawaban tersebut. Hidup bukanlah proses untuk menemukan tapi proses untuk menciptakan…
Aku : Lalu bagaimana saya mendapatkan kehidupan yang terbaik ?
Tuhan : Kuncinya ; Hadapi masa lalumu tanpa penyesalan, jalani masa kini dengan percaya diri, dan hadapi hari esok tanpa rasa takut.
Aku : Mmmhh…ok ! Pertanyaan terakhir ; Tuhan, kadang-kadang Aku merasa do’aku tidak dijawab ?
Tuhan : Apa ?? Ingat ya…Tidak ada satupun do’a yang tidak Aku jawab selama jawabannya TIDAK.
Aku : Maksudnya kalo tidak terlaksana berarti jawaban do’a saya TIDAK, begitu Tuhan?
Tuhan : Tul !! Tumben kamu pinter…!
Aku : Baiklah Tuhan …terimakasih kamu sudah telepon Aku ya..
Tuhan : Oke…sama-sama! yang penting sekarang ; tetap jaga keyakinan dan hilangkan rasa takutmu. Jangan percaya pada keraguanmu tapi ragukanlah terus kepercayaanmu supaya kamu terus mencari kebenaran. Hidup adalah misteri yang harus dipecahkan bukan masalah yang harus dipecahkan. Percayalah pada-Ku. Hidup ini indah bagi orang yang tahu bagaimana seharusnya ia hidup. Hidup tidaklah dinilai dari seberapa banyak jumlah helaan nafas yang kita tarik tapi dinilai oleh moment yang kita hasilkan setiap kita bernafas. Salam alaikum…
Aku : Wa alaikum salam…
Aku : Telepon kamu ? tidak..! siapa ini ?
Tuhan : Ini Tuhan… Saya mendengar do’amu, jadi Ku pikir kita baiknya berbicara
Aku : Saya memang berdo’a. Tapi hanya untuk membuatku merasa enak aja Tuhan. Sebenarnya saya sedang sibuk sekarang…Saya sedang mengerjakan sesuatu
Tuhan : Kamu sibuk apa sih ? semut-semut juga pada sibuk ko..
Aku : Ya banyak lah! tapi aku benar-benar ngga punya waktu luang. Hidup ini seperti dikejar-kejar waktu…dan setiap jam adalah kesibukan.
Tuhan : Pasti lah! Setiap aktivitas akan membuat kamu sibuk…tapi ingat, produktifitas akan membuahkan hasil. Aktifitas itu memakan waktu, tapi produktifitas membebaskannya…
Aku : Saya mengerti, tapi saya tetap masih tidak dapat membayangkan perbedaannya. Tapi ngomong2 saya ngga mengharapkan-Mu menyapaku ko Tuhan..
Tuhan : Ya…Akupun cuma ingin membantu memecahkan masalah kamu ko, dengan memberikan sedikit pencerahan.
Aku : Oke…kalo gitu coba sekarang jelaskan padaku Tuhan, kenapa hidupku begitu sulit dan rumit ?
Tuhan : Eit..Stop !! Berhentilah menilai hidup ! kamu Jalani saja…! Menilai dan menganalisa hidup hanya akan membuat hidupmu terasa sulit dan rumit. Mengerti ?!?
Aku : Lalu kenapa aku selalu merasa tidak bahagia Tuhan ?
Tuhan : Kamu ingat baik-baik ya ! Hari ini adalah “hari esok” yang kamu khawatirkan kemarin ! Kamu khawatir karena kamu menilai dan menganalisa apa yang akan terjadi esok hari. Hingga kekhawatiran telah menjadi kebiasaanmu setiap hari….itulah sebabnya kamu tidak pernah bahagia.
Aku : Tapi bagaimana saya tidak khawatir kalau disana-sini masih banyak ketidakpastian Tuhan ?
Tuhan : Ketidakpastian merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, tapi “kekhawatiran” adalah pilihan !
Aku : Tapi…bukankah banyak hal yang menyakitkan dalam ketidakpastian ?
Tuhan : Rasa sakit itu tidak bisa dihindari , tapi “menderita” karena rasa sakit itu juga pilihan !
Aku : Jika penderitaan itu adalah pilihan, kenapa orang baik selalu menderita ?
Tuhan : Ketahuilah…Intan tidak langsung jadi tanpa digosok, emas juga tidak bisa dimurnikan kecuali dengan api. Orang baik mengalami cobaan tapi tidak menderita karena cobaan itu. Dengan pengalaman buruk itu, mereka akan tumbuh menjadi lebih baik (better) bukan semakin terpuruk (bitter).
Aku : Kau maksud bahwa pengalaman buruk dan penderitaan itu bermanfaat ?
Tuhan : Ya ! bahkan kalau diibaratkan ; pengalaman seperti seorang guru yang streng, dia memberi kita ujian terlebih dahulu baru kemudian kita dapat memperoleh pelajaran dari ujian yang didapat.
Aku : Tapi tetap saja aku penasaran Tuhan. Kenapa sih Aku ngga dibebaskan saja dari berbagai ujian tersebut dan dibiarkan hidup dengan damai dan menyenangkan…?
Tuhan : Hahaha…mana ada ! Masalah adalah penghadang jalan yang akan memberi pelajaran bagimu untuk memperkuat mental. Kekuatan dalam jiwa seseorang tumbuh karena adanya perjuangan dan kesabaran, dan sebaliknya tidak akan pernah berkembang kalau kamu terus-terusan hidup nyaman…paham ?!?
Aku : Ya sih…tapi sebetulnya saya lagi banyak masalah nih, Tuhan. Dan nggak tahu kemana arah penyelesaiannya nanti…
Tuhan : Jika kamu melihat keluar kamu tidak akan pernah tahu dimana dan bagaimana kamu menyelesaikan masalah hidup. Lihatlah keluar kamu akan terus bermimpi… tapi lihatlah ke dalam pasti kamu akan terbangun. Lihatlah dengan mata, kamu akan memperoleh pemandangan indah. Tapi lihatlah dengan hati, kamu akan mendapat pandangan berharga.
Aku : Tapi Kamu kan tahu Tuhan, kesuksesan sulit untuk saya raih. Bahkan kadang-kadang jalan hdup malah menyakitkan kalau saya bertindak sesuai aturan. Sebenarnya saya harus bagaimana ?
Tuhan : Sekali lagi camkan ini….Kesuksesan adalah ukuran yang diberikan oleh orang lain. Sedangkan Kepuasan adalah ukuran yang ditetapkan oleh kamu sendiri. Mengambil jalan yang lurus jauh lebih memuaskan ketimbang mengambil jalan didepan. Bekerjalah dengan kompas dan biarkan orang lain bekerja dengan jam.
Aku : Lantas dalam masa-masa sulit, bagaimana agar tetap termotivasi ?
Tuhan : Yang penting, lihatlah selalu seberapa jauh kamu telah melangkah jangan selalu melihat seberapa jauh kamu harus melangkah. Hitunglah nikmat, jangan menghitung apa yang telah terlewat.
Aku : Bisa aja Kamu Tuhan ! terus boleh tau nggak, apa sih sebenarnya yang paling membuat Kamu heran dari seorang manusia ?
Tuhan : Aku pasti heran kalau ada seorang manusia mengeluh dan merengek “Kenapa harus Aku Tuhan ?”. Ketika mereka maju mereka tidak pernah bilang “kenapa harus Aku?”. Setiap orang berharap memiliki kebenaran disamping mereka, tapi sedikit orang yang tetap berada dijalur kebenaran.
Aku : Tuhan nyindir Aku ya !?
Tuhan : Ya syukur kalo kamu ngarasa….dasar manusia !
Aku : Tapi kadang-kadang Saya bertanya “siapa sih Aku?... dan kenapa Aku harus disini?” tapi saya tidak mendapat jawaban memuaskan dari pertanyaan tersebut.
Tuhan : Kamu camkan ucapan-Ku ini !... Mencari bukan untuk menemukan siapa kamu, tapi untuk menentukan ingin menjadi apakah kamu. Berhentilah mencari jawaban mengapa kamu ada disini, tapi buatlah jawaban tersebut. Hidup bukanlah proses untuk menemukan tapi proses untuk menciptakan…
Aku : Lalu bagaimana saya mendapatkan kehidupan yang terbaik ?
Tuhan : Kuncinya ; Hadapi masa lalumu tanpa penyesalan, jalani masa kini dengan percaya diri, dan hadapi hari esok tanpa rasa takut.
Aku : Mmmhh…ok ! Pertanyaan terakhir ; Tuhan, kadang-kadang Aku merasa do’aku tidak dijawab ?
Tuhan : Apa ?? Ingat ya…Tidak ada satupun do’a yang tidak Aku jawab selama jawabannya TIDAK.
Aku : Maksudnya kalo tidak terlaksana berarti jawaban do’a saya TIDAK, begitu Tuhan?
Tuhan : Tul !! Tumben kamu pinter…!
Aku : Baiklah Tuhan …terimakasih kamu sudah telepon Aku ya..
Tuhan : Oke…sama-sama! yang penting sekarang ; tetap jaga keyakinan dan hilangkan rasa takutmu. Jangan percaya pada keraguanmu tapi ragukanlah terus kepercayaanmu supaya kamu terus mencari kebenaran. Hidup adalah misteri yang harus dipecahkan bukan masalah yang harus dipecahkan. Percayalah pada-Ku. Hidup ini indah bagi orang yang tahu bagaimana seharusnya ia hidup. Hidup tidaklah dinilai dari seberapa banyak jumlah helaan nafas yang kita tarik tapi dinilai oleh moment yang kita hasilkan setiap kita bernafas. Salam alaikum…
Aku : Wa alaikum salam…
Tuesday, November 3, 2009
Maafkan Aku Kali ini Tuhan
Tuhan
Bukankah sudah sering kukatakan pada-MU
Rengkuhkan aku dengan jiwanya
Tapi KAU terus sibuk berjingkrak melihat kami mengeluh
Bukankah sudah sering kupinta pada-MU
Terbangkan sayapku bersamanya
Tapi KAU malah senang melihatku menjadi kepompong
Bukankah dalam sujudku KAU sering kusanjung
Hanya berharap rasa kami tidak terbiar liar
Tapi KAU malah taburi kami dengan rasa lain yang semu
Kali ini
KAU rayu kami dari kejauhan
Dengan rasa yang sekian lama jatuh nanar
KAU longok kami yang terpasung dalam penjara
Bersama merpati yang KAU janjikan
Maafkan Aku Tuhan
Jika kali ini
Aku tak ingin hanya menjadi pemuas ego-MU
Bukankah sudah sering kukatakan pada-MU
Rengkuhkan aku dengan jiwanya
Tapi KAU terus sibuk berjingkrak melihat kami mengeluh
Bukankah sudah sering kupinta pada-MU
Terbangkan sayapku bersamanya
Tapi KAU malah senang melihatku menjadi kepompong
Bukankah dalam sujudku KAU sering kusanjung
Hanya berharap rasa kami tidak terbiar liar
Tapi KAU malah taburi kami dengan rasa lain yang semu
Kali ini
KAU rayu kami dari kejauhan
Dengan rasa yang sekian lama jatuh nanar
KAU longok kami yang terpasung dalam penjara
Bersama merpati yang KAU janjikan
Maafkan Aku Tuhan
Jika kali ini
Aku tak ingin hanya menjadi pemuas ego-MU
Monday, October 26, 2009
Rindu
Baru saat ini…
Rasa ini betul-betul menjadi drakula
Yang begitu...menyeramkan
Hingga ku hanya bisa berbaring
Darahku dihisap lahap
Dan akupun terdiam pening...lesu
Otaku...hatiku...senyumnya
Telah disikat habis
Tak ada lagi kata berpikir
Tak ada lagi rasa merasa
Karena yang tersisa hanyalah satu kata :
Neraka kerinduan !!!
sayang...
Kalaulah kutahu betapa jahatnya senyummu
Betapa kejamnya suaramu
Bahkan betapa sadisnya marahmu sekalipun
Mungkin tak kan pernah kubiarkan itu semua
Terpisah dariku...
Sedetikpun...
sedetikpun..!
Bogor, 26 Oktober 2009
Rasa ini betul-betul menjadi drakula
Yang begitu...menyeramkan
Hingga ku hanya bisa berbaring
Darahku dihisap lahap
Dan akupun terdiam pening...lesu
Otaku...hatiku...senyumnya
Telah disikat habis
Tak ada lagi kata berpikir
Tak ada lagi rasa merasa
Karena yang tersisa hanyalah satu kata :
Neraka kerinduan !!!
sayang...
Kalaulah kutahu betapa jahatnya senyummu
Betapa kejamnya suaramu
Bahkan betapa sadisnya marahmu sekalipun
Mungkin tak kan pernah kubiarkan itu semua
Terpisah dariku...
Sedetikpun...
sedetikpun..!
Bogor, 26 Oktober 2009
Saturday, October 24, 2009
Bersyukurlah
Bersyukurlah...
Jika populasi bumi berkurang hingga menjadi sebuah desa dengan hanya 100 orang penduduk, seperti apakah profil desa kecil yg beragam ini, jika seluruh perhitungan rasio kependudukan masih berlaku??.
Jika kita analisa pertanyaan di atas, desa kecil bumi akan terdiri dari : 52 orang Asia, 21 orang Eropa, 14 orang berasal dari belahan bumi sebelah barat, 8 orang Afrika, 52 perempuan, 48 laki-laki, 80 bukan kulit putih, 20 kulit putih, 89 heteroseksual, 11 homoseksual, 6 orang memiliki 59% dari seluruh kekayaan bumi, dan ke-6 orang tersebut seluruhnya berasal dari amerika serikat. 80 orang akan tinggal di rumah-rumah yg tidak memenuhi standard. 70 orang tidak dapat membaca. 50 orang menderita kekurangan gizi. 1 orang hampir meninggal. 1 orang sedang hamil. 1 orang memiliki latar belakang perguruan tinggi. 1 orang memiliki komputer.
Marilah kita renungkan analisa di atas dan mulai dari hal-hal sebagai berikut :
Jika anda tinggal di rumah yg baik, memiliki banyak makanan dan dapat membaca, anda adalah bagian dari kelompok terpilih.
Jika anda memiliki rumah yg baik, makanan, dapat membaca dan memiliki komputer, anda bagian dari kelompok elit.
Jika anda bangun pagi ini dan merasa sehat, anda lebih beruntung dari jutaan orang yg mungkin tidak akan dapat bertahan minggu ini.
Jika anda tidak pernah merasakan bahaya perang, kesepian karena di penjara, kesakitan karena penyiksaan, atau kelaparan, anda selangkah lebih maju dari 500 juta orang di dunia.
Jika anda dapat menghadiri pertemuan politik atau keagamaan tanpa merasa takut akan dilecehkan, ditangkap, disiksa atau mati, anda beruntung, karena lebih dari 3 milyar orang di dunia tidak dapat melakukannya.
Jika anda memiliki makanan di lemari pendingin, baju-baju, di lemari pakaian dan memiliki atap yg menaungi tempat anda beristirahat, anda lebih kaya dari 75% penduduk dunia.
Jika anda memiliki uang di bank, di dompet dan mampu membelanjakan sebagian uang untuk menikmati hidangan di restoran, anda merupakan anggota dari 8% kelompok orang-orang kaya di dunia.
Jika orang tua anda masih hidup dan menikmati bahagianya kehidupan pernikahan mereka, maka anda termasuk salah satu dari kelompok orang yg dikategorikan langka, terutama di amerika serikat.
Jika anda mampu menegakkan kepala dengan senyuman dibibir dan merasa benar-benar bahagia, karena sebagian besar orang tidak memperoleh kenikmatan tersebut.
Jika anda dapat membaca pesan ini, anda baru saja menerima karunia ganda, karena seseorang memikirkan anda dan anda jauh lebih beruntung dibandingkan lebih dari 2 milyar orang yg tidak dapat membaca sama sekali.
Semoga anda menikmati hari yg indah ini. Hitunglah karunia keberuntungan anda dan sampaikan hal ini kepada orang lain untuk menginggatkan bahwa sebenarnya, kita adalah orang-orang yg sangat beruntung !.
Forward from Sananu Channan...
Thursday, October 22, 2009
Bunda I
1997
Kau pergi meninggalkan lapisan kerikil
Dengan arakan jantung yang berdebar
Dan cuaca batin yang teramat keruh
Akupun tercekam dalam kebisuan yang agung
Bersama jeruji yang tertawan…begitu dalam
2000
Bunda
Ternyata aku harus kembali pulang
Ke kamar yang Tuhan sediakan
Sambil menangkap ribuan kupu-kupu
Yang kau lepas dari ruang rindumu
Dan kita pun hanya bisa menulis peta sendiri
2009
Masih dengan musim yang sama
Ketika aku mencumbumu dalam diam
Kesepian ini serasa tak henti
Dan kegelapan yang tanpa cahaya
Hingga kudengar lirih sapamu
Dengan sebersit senyum yang basah
Yang menghapus lumut diatas batu
Kau pergi meninggalkan lapisan kerikil
Dengan arakan jantung yang berdebar
Dan cuaca batin yang teramat keruh
Akupun tercekam dalam kebisuan yang agung
Bersama jeruji yang tertawan…begitu dalam
2000
Bunda
Ternyata aku harus kembali pulang
Ke kamar yang Tuhan sediakan
Sambil menangkap ribuan kupu-kupu
Yang kau lepas dari ruang rindumu
Dan kita pun hanya bisa menulis peta sendiri
2009
Masih dengan musim yang sama
Ketika aku mencumbumu dalam diam
Kesepian ini serasa tak henti
Dan kegelapan yang tanpa cahaya
Hingga kudengar lirih sapamu
Dengan sebersit senyum yang basah
Yang menghapus lumut diatas batu
Sunday, October 18, 2009
Bunda II
Bunda…
Izinkan aku mencintaimu
Seperti sekarang ini
Dalam sendiri pun tak apa
Berdiri di depan bayangmu
Bagiku sudah terasa nyaman
Sambil sesekali membayangkan kau melirikku
Dan menebar senyum manismu
Itupun cukup memuaskan
Bunda…
Izinkan aku mencintaimu
Dengan kemampuanku saat ini
Meski dengan coretan hitam dimukaku
Dan harapan yang selalu dikecewakan kenyataan
Juga rasa yang sekian lama terbiar liar
Bunda…
Izinkan aku mencintaimu
Dengan harapan baru yang menjanjikan
Insya Allah…
Izinkan aku mencintaimu
Seperti sekarang ini
Dalam sendiri pun tak apa
Berdiri di depan bayangmu
Bagiku sudah terasa nyaman
Sambil sesekali membayangkan kau melirikku
Dan menebar senyum manismu
Itupun cukup memuaskan
Bunda…
Izinkan aku mencintaimu
Dengan kemampuanku saat ini
Meski dengan coretan hitam dimukaku
Dan harapan yang selalu dikecewakan kenyataan
Juga rasa yang sekian lama terbiar liar
Bunda…
Izinkan aku mencintaimu
Dengan harapan baru yang menjanjikan
Insya Allah…
Bunda...Ini Cinta yang Kuinginkan
Pekerjaan kedua seorang pencinta sejati, setelah memperhatikan, adalah penumbuhan. Inilah cintanya cinta. Inilah rahasia besar yang menjelaskan bagaimana cinta bekerja mengubah kehidupan kita dan membuatnya menjadi lebih baik, lebih bermakna.
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika perhatian memberikan pemahaman mendalam tentang sang kekasih, maka penumbuhan berarti melakukan tindakan-tindakan nyata untuk membantu sang kekasih bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Kita tidak boleh berhenti di ujung perhatian sembari mengatakan kepada sang kekasih: ”Aku mencintaimu sebagaimana kamu adanya”. Atau: “Aku menerima dirimu apa adanya”. Memahami dan mengerti sang kekasih tidaklah cukup. Seorang pencinta sejati harus mampu mengimajinasikan sebuah plot akhir dari kehidupan yang akan dijalani sang kekasih. Itu tidak berarti bahwa kita mengintervensi kehidupan pribadinya dan mengatur kehidupannya secara rigid atas nama cinta. Tidak ! Yang dilakukan seorang pencinta sejati adalah menginspirasi sang kekasih untuk meraih kehidupan paling bermutu yang mungkin ia raih berdasarkan keseluruhan potensi yang ia miliki.
Kalau bukan karena kerja-kerja penumbuhan, seorang pencinta sejati tidak akan sanggup bertahan hidup disamping seorang kekasih yang ilmu, pengalaman, keterampilan dan kepribadiannya, tidak bertumbuh dalam 10 tahun masa perkawinannya, misalnya. Kamu pasti bosan mengobrol dengan seseorang yang hidupnya stagnan, dingin dan tidak dinamis. Para pencinta sejati menemukan gairah kehidupan dari perubahan-perubahan dinamis dalam kehidupan kekasih mereka. Seperti gairah kehidupan yang dirasakan seorang ibu ketika menyaksikan bayinya tumbuh dan berkembang menjadi anak remaja lalu dewasa. Atau gairah yang dirasakan seorang guru saat menyaksikan muridnya tumbuh menjadi ilmuwan dan intelektual.
Penumbuhanlah yang membedakan cinta yang matang dengan cinta seorang melankolik. Penumbuhan adalah sisi paling rasional dan realistis dari cinta. Penumbuhan memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Sebab disini cinta bukan sekedar gumpalan emosi di langit jiwa: yang mungkin meledak bagai halilintar, atau membanjiri bumi dengan hujan air mata. Disini cinta adalah sebuah pekerjaan. Pekerjaan jiwa, pikiran dan fisik sekaligus. Itu yang membuatnya nyata dan efektif.
Di tangan Rasulullah Saw Aisyah bukan hanya seorang isteri. Rasulullah Saw telah menumbuhkannya menjadi bintang di langit sejarah. Suatu saat Ali Tantawi mengatakan: “Isteriku yang hanya tamatan SD ternyata lebih intelek daripada mahasiswa-mahasiswaku yang sudah hampir lulus sarjana”. Beliau mengatakan itu setelah melewati 10 tahun masa perkawinan. Ketika Iqbal menemukan dirinya telah menjadi filosof dunia, ia menyadari itu kerja sang guru. Maka ia berkata tentang gurunya itu: “Dan nafas cintanya meniup kuncupku jadi bunga”.
Cinta adalah gagasan dan komitmen jiwa tentang bagaimana membuat kehidupan orang yang kita cintai menjadi lebih baik. Jika perhatian memberikan pemahaman mendalam tentang sang kekasih, maka penumbuhan berarti melakukan tindakan-tindakan nyata untuk membantu sang kekasih bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Kita tidak boleh berhenti di ujung perhatian sembari mengatakan kepada sang kekasih: ”Aku mencintaimu sebagaimana kamu adanya”. Atau: “Aku menerima dirimu apa adanya”. Memahami dan mengerti sang kekasih tidaklah cukup. Seorang pencinta sejati harus mampu mengimajinasikan sebuah plot akhir dari kehidupan yang akan dijalani sang kekasih. Itu tidak berarti bahwa kita mengintervensi kehidupan pribadinya dan mengatur kehidupannya secara rigid atas nama cinta. Tidak ! Yang dilakukan seorang pencinta sejati adalah menginspirasi sang kekasih untuk meraih kehidupan paling bermutu yang mungkin ia raih berdasarkan keseluruhan potensi yang ia miliki.
Kalau bukan karena kerja-kerja penumbuhan, seorang pencinta sejati tidak akan sanggup bertahan hidup disamping seorang kekasih yang ilmu, pengalaman, keterampilan dan kepribadiannya, tidak bertumbuh dalam 10 tahun masa perkawinannya, misalnya. Kamu pasti bosan mengobrol dengan seseorang yang hidupnya stagnan, dingin dan tidak dinamis. Para pencinta sejati menemukan gairah kehidupan dari perubahan-perubahan dinamis dalam kehidupan kekasih mereka. Seperti gairah kehidupan yang dirasakan seorang ibu ketika menyaksikan bayinya tumbuh dan berkembang menjadi anak remaja lalu dewasa. Atau gairah yang dirasakan seorang guru saat menyaksikan muridnya tumbuh menjadi ilmuwan dan intelektual.
Penumbuhanlah yang membedakan cinta yang matang dengan cinta seorang melankolik. Penumbuhan adalah sisi paling rasional dan realistis dari cinta. Penumbuhan memberikan sentuhan edukasi pada hubungan cinta. Sebab disini cinta bukan sekedar gumpalan emosi di langit jiwa: yang mungkin meledak bagai halilintar, atau membanjiri bumi dengan hujan air mata. Disini cinta adalah sebuah pekerjaan. Pekerjaan jiwa, pikiran dan fisik sekaligus. Itu yang membuatnya nyata dan efektif.
Di tangan Rasulullah Saw Aisyah bukan hanya seorang isteri. Rasulullah Saw telah menumbuhkannya menjadi bintang di langit sejarah. Suatu saat Ali Tantawi mengatakan: “Isteriku yang hanya tamatan SD ternyata lebih intelek daripada mahasiswa-mahasiswaku yang sudah hampir lulus sarjana”. Beliau mengatakan itu setelah melewati 10 tahun masa perkawinan. Ketika Iqbal menemukan dirinya telah menjadi filosof dunia, ia menyadari itu kerja sang guru. Maka ia berkata tentang gurunya itu: “Dan nafas cintanya meniup kuncupku jadi bunga”.
Saturday, October 17, 2009
Merawat Dengan Kebajikan
Hubungan cinta yang mendalam dan mampu menembus lorong waktu yang panjang hanya mungkin terjadi jika orang-orang yang saling mencintai mengalami perbaikan berkesinambungan. Mereka terus bertumbuh. Itu dinamika kehidupan yang niscaya
diperlukan untuk memberikan sentuhan gairah pada cinta.
Tapi pertumbuhan tidak akan terjadi secara permanen tanpa perawatan pula. Kalau pertumbuhan dilakukan dengan memfasilitasi proses pembelajaran orang yang Kita cintai, maka perawatan dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut kebajikan pada sang kekasih. Sang kekasih yang sedang bertumbuh itu Harus dipuaskan dengan kebajikan harian yang membuatnya nyaman. Kalau penumbuhan mendinamisasi kehidupan sang kekasih, maka perawatan memberinya kekuatan psikologis dalam menjalani dinamika pertumbuhan itu.
Senyum yang lembut, kata-kata yang baik, belaian kasih, saat-saat melayani, hadiah-hadiah kecil, hubungan fisik yang intim dan intensif, perjalanan bersama yang direncanakan adalah contoh kecil dari kebajikan harian yang harus dilakukan para pecinta kepada kekasihnya untuk satu tujuan: merawat jiwanya. Itulah air. Itulah matahari. Di taman kebajikan itu cinta bersemi. Hanya di taman itu. Kamu tidak bisa mencintai hanya dengan kata-kata. Sentuhan romantika dari kata-kata hanya
sebagian dari kebajikan hati para pecinta sejati. Sebab kata-kata, sama seperti senyuman atau sorotan mata, jika ia tidak terbit dari hati yang bajik, maka ia kehilangan pesannya. Ia tidak akan pernah menggetarkan. Adakah yang lebih mempesona dari seorang kekasih selain semua yang menggetarkan itu ?
Kalau pelaku sehari-harimu tidak lagi menggetarkan jiwa kekasihmu, kemungkinan besar karena ia terpisah dari jiwamu. Atau di sana cinta tidak lagi sanggup
menerbitkan kebajikan baru dalam dirimu. Ini juga menjelaskan mengapa keshalihan selalu bersaudara dengan cinta. Keshalihan adalah kekuatan yang memotivasi dan menginspirasi kita untuk melakukan kebajikan secara terus menerus. Orang shalih selalu berada di garis kebajikan maksimum dan minimum: jika ia mencintai seseorang ia menghormati dan melayani orang itu. Tapi jika ia tidak mencintainya
ia tidak akan sampai mendzalimi orang itu.
Tantangan cinta yang paling rumit adalah waktu. Dalam perjalanan waktu, kesejatian cinta teruji. Dan, ujiannya adalah menjawab pertanyaan sederhana ini: seberapa besar kadar kebajikan yang terkandung dalam cinta itu ? Dalam tamsil ini cinta adalah kereta: ia hanya berjalan di atas rel kebajikan. Begitu kebajikanmu habis, kereta cinta juga berhenti berjalan. Hanya ketika kamu menjadi orang baik, kamu dapat mencintai dengan kuat. Kalau ujian cinta adalah waktu, maka jawabannya adalah kepribadian.
Sumber : Tarbawi Edisi 98 Th. 6/Syawal 1425 H/9
diperlukan untuk memberikan sentuhan gairah pada cinta.
Tapi pertumbuhan tidak akan terjadi secara permanen tanpa perawatan pula. Kalau pertumbuhan dilakukan dengan memfasilitasi proses pembelajaran orang yang Kita cintai, maka perawatan dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut kebajikan pada sang kekasih. Sang kekasih yang sedang bertumbuh itu Harus dipuaskan dengan kebajikan harian yang membuatnya nyaman. Kalau penumbuhan mendinamisasi kehidupan sang kekasih, maka perawatan memberinya kekuatan psikologis dalam menjalani dinamika pertumbuhan itu.
Senyum yang lembut, kata-kata yang baik, belaian kasih, saat-saat melayani, hadiah-hadiah kecil, hubungan fisik yang intim dan intensif, perjalanan bersama yang direncanakan adalah contoh kecil dari kebajikan harian yang harus dilakukan para pecinta kepada kekasihnya untuk satu tujuan: merawat jiwanya. Itulah air. Itulah matahari. Di taman kebajikan itu cinta bersemi. Hanya di taman itu. Kamu tidak bisa mencintai hanya dengan kata-kata. Sentuhan romantika dari kata-kata hanya
sebagian dari kebajikan hati para pecinta sejati. Sebab kata-kata, sama seperti senyuman atau sorotan mata, jika ia tidak terbit dari hati yang bajik, maka ia kehilangan pesannya. Ia tidak akan pernah menggetarkan. Adakah yang lebih mempesona dari seorang kekasih selain semua yang menggetarkan itu ?
Kalau pelaku sehari-harimu tidak lagi menggetarkan jiwa kekasihmu, kemungkinan besar karena ia terpisah dari jiwamu. Atau di sana cinta tidak lagi sanggup
menerbitkan kebajikan baru dalam dirimu. Ini juga menjelaskan mengapa keshalihan selalu bersaudara dengan cinta. Keshalihan adalah kekuatan yang memotivasi dan menginspirasi kita untuk melakukan kebajikan secara terus menerus. Orang shalih selalu berada di garis kebajikan maksimum dan minimum: jika ia mencintai seseorang ia menghormati dan melayani orang itu. Tapi jika ia tidak mencintainya
ia tidak akan sampai mendzalimi orang itu.
Tantangan cinta yang paling rumit adalah waktu. Dalam perjalanan waktu, kesejatian cinta teruji. Dan, ujiannya adalah menjawab pertanyaan sederhana ini: seberapa besar kadar kebajikan yang terkandung dalam cinta itu ? Dalam tamsil ini cinta adalah kereta: ia hanya berjalan di atas rel kebajikan. Begitu kebajikanmu habis, kereta cinta juga berhenti berjalan. Hanya ketika kamu menjadi orang baik, kamu dapat mencintai dengan kuat. Kalau ujian cinta adalah waktu, maka jawabannya adalah kepribadian.
Sumber : Tarbawi Edisi 98 Th. 6/Syawal 1425 H/9
Panggilan Belahan Jiwa
Kebijaksanaan Ilahi adalah takdir dan suratan nasib
yang membuat kita saling mencintai satu sama lain.
Karena takdir itulah setiap bagian dari dunia ini
bertemu dengan pasangannya.
Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-
laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa
yang telah dijatuhkan oleh langit.
Jika bumi kekurangan panas maka langit mengirimkan
panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan
kelembaban, langit memulihkannya.
Langit memayungi bumi layaknya seorang suami yang
menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan
rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala
yang telah ia lahirkan.
Erich Fromm mengutip syair Jalaluddin Rumi itu dalam bukunya, The Art of Loving. Cinta, kata Fromm, adalah kebutuhan eksistensial manusia untuk mengatasi masalah “keterpisahannya” sekaligus kerinduannya akan kesatuan. Tapi dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, cinta bukan hanya kebutuhan eksistensial, tapi juga berbaur dengan kebutuhan biologis: hasrat kesatuan dari kutub-kutub maskulin dan feminim. Karena dalam diri laki-laki dan perempuan terkandung prinsip menerima dan penetrasi, baik atas hal material maupun spiritual, maka mereka menemukan kesatuan dalam dirinya hanya dalam kesatuan atas polaritas kelelakian dan keperempuanan. Polaritas inilah, kata Formm, yang menjadi dasar dari segala kreativitas.
Tapi saat hubungan murni ini terganggu oleh tirani sosial yang melahirkan ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial, tiba-tiba kaum feminis membawa bias ini: harus ada perlawanan untuk merebut kesetaraan itu. Itu tafsir paling sentimentil atas fenomena kezaliman dalam masyarakat. Kesetaraan itu mungkin saja tercapai. Tapi korbannya juga sadis: lubang keterpisahan itu makin menganga lebar, dan hidup berujung dalam kesendirian dan kesunyian menyiksa.
Cinta mengajarkan kita untuk memperoleh hak-hak kita dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada orang lain. Itulah yang mempertemukan dua kutub jiwa. Pertemuan itulah yang membuat kita genap menggenapi, dan saling menyempurnakan karya kehidupan. Dan persoalan kesetaraan menjadi tidak relevan di tengah hidup yang bergerak kreatif begitu menuju kesatuan dan kesempurnaan. Simaklah senandung Rumi kembali :
Tak ubahnya langit dan bumi dikaruniai kecerdasan;
karena mereka melaksanakan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan.
Andaikan pasangan ini tidak mengecap kenikmatan;
mengapa mereka bersanding seperti sepasang kekasih ?
Sebagimana Tuhan memberikan hasrat pada laki-laki
dan perempuan sehingga menjadi terpelihara oleh kesatuan mereka,
Tuhan juga menanamkan ke semua eksistensi,
hasrat untuk mencari belahannyaMasing-masing
saling mencintai untuk menyempurnakan karya bersama mereka
(Anis Matta dalam Tarbawi Edisi 90 Th. 5/Jumadil Tsaniyah 1425 )
yang membuat kita saling mencintai satu sama lain.
Karena takdir itulah setiap bagian dari dunia ini
bertemu dengan pasangannya.
Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-
laki dan bumi adalah perempuan; bumi memupuk apa
yang telah dijatuhkan oleh langit.
Jika bumi kekurangan panas maka langit mengirimkan
panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan
kelembaban, langit memulihkannya.
Langit memayungi bumi layaknya seorang suami yang
menafkahi istrinya; dan bumi pun sibuk dengan urusan
rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala
yang telah ia lahirkan.
Erich Fromm mengutip syair Jalaluddin Rumi itu dalam bukunya, The Art of Loving. Cinta, kata Fromm, adalah kebutuhan eksistensial manusia untuk mengatasi masalah “keterpisahannya” sekaligus kerinduannya akan kesatuan. Tapi dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, cinta bukan hanya kebutuhan eksistensial, tapi juga berbaur dengan kebutuhan biologis: hasrat kesatuan dari kutub-kutub maskulin dan feminim. Karena dalam diri laki-laki dan perempuan terkandung prinsip menerima dan penetrasi, baik atas hal material maupun spiritual, maka mereka menemukan kesatuan dalam dirinya hanya dalam kesatuan atas polaritas kelelakian dan keperempuanan. Polaritas inilah, kata Formm, yang menjadi dasar dari segala kreativitas.
Tapi saat hubungan murni ini terganggu oleh tirani sosial yang melahirkan ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial, tiba-tiba kaum feminis membawa bias ini: harus ada perlawanan untuk merebut kesetaraan itu. Itu tafsir paling sentimentil atas fenomena kezaliman dalam masyarakat. Kesetaraan itu mungkin saja tercapai. Tapi korbannya juga sadis: lubang keterpisahan itu makin menganga lebar, dan hidup berujung dalam kesendirian dan kesunyian menyiksa.
Cinta mengajarkan kita untuk memperoleh hak-hak kita dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada orang lain. Itulah yang mempertemukan dua kutub jiwa. Pertemuan itulah yang membuat kita genap menggenapi, dan saling menyempurnakan karya kehidupan. Dan persoalan kesetaraan menjadi tidak relevan di tengah hidup yang bergerak kreatif begitu menuju kesatuan dan kesempurnaan. Simaklah senandung Rumi kembali :
Tak ubahnya langit dan bumi dikaruniai kecerdasan;
karena mereka melaksanakan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan.
Andaikan pasangan ini tidak mengecap kenikmatan;
mengapa mereka bersanding seperti sepasang kekasih ?
Sebagimana Tuhan memberikan hasrat pada laki-laki
dan perempuan sehingga menjadi terpelihara oleh kesatuan mereka,
Tuhan juga menanamkan ke semua eksistensi,
hasrat untuk mencari belahannyaMasing-masing
saling mencintai untuk menyempurnakan karya bersama mereka
(Anis Matta dalam Tarbawi Edisi 90 Th. 5/Jumadil Tsaniyah 1425 )
Tuesday, June 30, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)