Friday, February 16, 2007

Mengharap dan Memuji

Mengharap sebenarnya bisa merupakan sebentuk penggunaan otoritas, bisa juga merupakan sebentuk ekspresi cinta kemanusiaan. Jika ia lahir dari otoritas, maka nadanya akan bernuansa perintah. Tapi jika ia lahir dari cinta, maka nadanya akan bernuansa meminta dan mendorong. Memerintah dan mendorong merupakan dua kerja pendidikan yang sama pentingnya.


Nada dorongan dan perintah ini misalnya dapat kita temukan dalam hadits Nabi : “Perintahkanlah anakmua mendirikan sholat jika ia sudah berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika ia sudah berusia 10 tahun”.


Mengharap dengan demikian, berarti menggunakan otoritas sekaligus mengekspresikan cinta manusiawi kita. Kdua motif itu haruslah terlihat dan terasakan oleh anak, jangan sampai ia merasakan salah satunya. Selain kedua motif ini, mengharap yang edukatif harus juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


Pertama, ukurlah batas kemampuan anak dan sesuaikan perintah dan dorongan itu dengan batas kemampuan tersebut. Kita harus yakin bahwa harapan kita benar-benar beralasan, atau bahwa kita mempunyai banyak alasan untuk mengharap. Adalah salah misalnya kita mengharap anak rajin belajar, sementara kita sendiri tidak memperhatikan usaha-usaha belajar sendiri atau gairah membaca atau menciptakan iklim belajar yang kondusif, sarana belajar, waktu, bimbingan dan lainnya. Jadi alasan mengharap berarti menyediakan daya dukung untuk mengharap, supaya harapan itu kelihatan logis.


Kedua, Bahasakanlah harapan itu dengan cara yang dapat embuat anak merasa bahwa itu adalah harapannya juga. Dengan begitu, nuansa dorongan akan selalu lebih terlihat ketimbang nuansa perintahnya. Yang kita inginkan dari cara ini adalah menumbuhkan motivasi intrinsik atau self motivation pada anak.


Lalu apa yang kita lakukan jika anak telah merealisasikan harapan kita ? atau sebaliknya tidak meralisasikan ? inilah kerja memberi imbalan dan sanksi. Memuji sebenarnya masuk dalam kategori memberi imbalan, yaitu imbalan psikologis. Sebagai imbalan psikologis, memuji berfungsi meneguhkan semangat dan menguatkan kepercayaan diri. Dengan memuji, kita menjaga stamina psikologis anak untuk terus bekerja serta memperkuat kepercayaan dirinya bahwa ia memang mampu melakukannya. Yang kita inginkan dari memuji adalah menyatakan dukungan terhadap anak bahwa sesunguhnya ia bisa. Dan yang kita inginkan dari anak adalah bahwa ia mengatakan Aku Bisa !.


Tapi inilah masalah kita sebagai orang tua. Kita selalu berhenti pada titik mengharap dan kadang terlihat begitu pelit memberikan sepatah dua kata pujian kepada anak. Padahal anak sesungguhnya terbebani secara psikologis dengan harapan kita dan hanya pujian yang tulus yang akan membuat anak merasa dihargai, diposisikan secara layak, diterima, didukung, dan diperhatikan dan seterusnya.


Tetapi memuji tetap harus dilakukan secara logis dan terarah. Logis berarti bahwa apa yang kita puji memang ada atau diharapkan akan ada. Terarah ebrarti bahwa pujian melakukan fungsinya sebagai penguat dan peneguh. Jika yang kita puji itu tidak ada dalam kenyataan, berarti kita menumbuhkan rasa percaya diri yang semu. Dan jika pujian diberikan secara berlebihan, boleh jadi anak akan over estimate dengan kemampuan dirinya.


Dari "Biar Kuncupnya Mekar jadi Bunga", Anis Matta
.

No comments: