Kemampuan berbicara di muka umum sangat penting dimiliki setiap Muslim. Hal ini berkaitan dengan adanya keistimewaan bagi umat Islam berupa perintah menyuruh makruf dan melarang kemungkaran bagi setiap individu Muslim. Ketrampilan berbicara di muka umum sangat menunjang kemampuan seseorang dalam mengemban amanat dakwah tersebut.
Berbicara di depan majelis bukan hal mudah bagi kebanyakan orang. Ketrampilan ini perlu dilatih dan dikembangkan sejak dini dari mulai anak pandai berbicara. Melatih keberanian anak berbicara pada orang lain untuk menyampaikan kebenaran itu memerlukan strategi dan pola pengajaran khusus. Kita semestinya meniru pola pengajaran Rasulullah SAW yang senantiasa memotivasi anak untuk berkompetisi agar berani berbicara di tengah-tengah majelis (forum).
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim yang dipaparkan berikut ini. Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya di antara pohon-pohon di padang pasir ada sebuah pohon yang daunnya tidak gugur, dan sesungguhnya pohon itu adalah sebagai perumpamaan seorang muslim.
Ceritakan kepadaku apa yang dimaksud pohon itu?'' Lalu para sahabat menduga-duga mengenai pohon-pohon padang pasir itu. Dan diriku menduga bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma, namun saya merasa malu (mengutarakan). Kemudian para sahabat berkata, ''Ceritakanlah kepada kami, wahai Rasulullah, apa yang dimaksud pohon itu?'' Rasulullah menjawabnya sebagai pohon kurma.
Dalam suatu Riwayat Abdullah berkata, ''Lalu saya sampaikan hal itu kepada Umar, lalu beliau berkata, sungguh jika kamu mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, niscaya lebih saya sukai daripada diam saja.'' Hadis di atas menggambarkan bentuk dorongan dan motivasi untuk berkompetisi dari Umar kepada anaknya, Abdullah, agar ia berani berbicara di tengah-tengah majelis orang-orang dewasa untuk mengemukakan gagasan di saat mereka sendiri tidak menemukan solusi terhadap suatu masalah.
Dengan cara-cara tersebut kita dapat memotivasi anak agar mampu mengemukakan ilmunya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, di antaranya:
1. Membiasakan anak-anak pergi ke majelis taklim atau acara sejenis dan mengkondisikannya agar terbiasa menyimak. Setelah itu ajukan pertanyaan kepada mereka seputar hal-hal apa yang telah disimaknya dengan kata-kata yang mudah dipahami dan mengandung motivasi. Dalam hal ini hendaklah kita memberi waktu yang cukup untuk berpikir seputar apa yang kita tanyakan. Selain itu kita boleh meminta mereka mengutarakan apa saja yang mereka pahami, bahkan yang hanya mereka dengar dari pembiacaraan taklim tersebut.
2. Mendampingi anak-anak dalam belajar bersama. Boleh dimulai dengan pengajuan masalah kesulitan belajar di sekolah dari masing-masing anak, atau kita memulainya dengan mengajukan pertanyaan seputar ilmu yang mungkin telah mereka dapatkan.
3. Metode cerita dapat juga kita gunakan dalam melatih keberanian berbicara pada anak. Kita boleh membacakan separuh cerita, lalu anak-anak menebak kelanjutan cerita. Atau cerita dibacakan oleh anak-anak secara bergilir lalu mereka mengungkapkan hal-hal yang dapat digali dari cerita itu, atau hikmah apa yang dapat dipelajari dari cerita tersebut.
4. Dalam keseharian hendaklah kita memberi perhatian dan bertanya seputar perasaan, kondisi fisik, atau masalah lainnya. Mereka akan lebih dekat dengan kita dan berani mengungkapkan segala perasaan mereka. Selanjutnya mereka juga akan terbiasa menyampaikan pemikiran mereka jika dibutuhkan.
5. Demikian halnya dengan keberadaan kita sehari-hari hendaklah mereka dimintai pendapat dan kritikan terhadap tingkah laku dan cara kita mendidik mereka. Kita akan mengetahui kekurangan kita, sekaligus melatih mereka mengemukakan pendapat dan meluruskan kesalahan orang lain.
Hal di atas hanyalah sebagian kecil dari banyak hal yang dapat kita lakukan. Apapun media, teknik, sumber, dan metode pengajaran yang diberikan kepada anak-anak kita dapatlah menjadi alat untuk menumbuhkan potensi berbicara mereka. Dalam pelaksaannya ada hal penting yang perlu kita tanamkan. Mereka hendaklah mengetahui konsep berbicara yang benar, yang tidak menyinggung perasaan orang lain, yang sesuai dengan tuntunan Islam, dan semuanya itu penting untuk memenuhi amanat dakwah. Wallahua'lam. (Hali Al-Khimar/dari berbagai sumber).
No comments:
Post a Comment