Seorang wanita yang baru saja meninggal ternyata merindukan kehidupan yang baru saja ditinggalkannya. Ia berharap bisa ''mengunjungi'' kembali salah satu hari yang ''tidak penting'' yang pernah terjadi dalam hidupnya. Ketika harapannya dikabulkan, ia menyadari betapa selama ini ia menjalani hidupnya tanpa rasa syukur, seakan-akan semua itu sudah selayaknya menjadi miliknya.
Akhirnya kunjungannya itu menjadi beban berat yang tak tertanggungkan olehnya. ''Saya tidak menyadari,'' katanya dengan penuh sesal, ''Semua yang terjadi tak pernah kita sadari benar. Selamat tinggal, rumahku. suami dan putri kesayanganku.... Ibu dan ayah.... Selamat tinggal detak jam dinding dan bunga-bunga yang indah di pekarangan. Dan makanan dan kopi. Dan baju-baju yang baru diseterika dan air mandi hangat .... dan saat-saat tidur dan terjaga. Oh hidup, kau terlalu mengagumkan hingga orang tak menyadari betapa mengagumkannya engkau.''
Itulah salah satu adegan yang cukup menyentuh dalam sebuah drama karya Thornton Wilder - seorang pengarang Amerika -- berjudul Our Town. Wilder nampaknya ingin mengingatkan kita untuk senantiasa menikmati hari dengan penuh rasa syukur. Setiap hari sebetulnya adalah istimewa. Sayang, kita sering tak menyadarinya karena ''mata'' kita tertutup. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi satu kiat untuk menikmati hidup yang indah. Saya menyebutnya ''Tiga Syukur Setiap Hari.''
Kiat ini sangat sederhana dan dapat Anda terapkan mulai hari ini juga. Menjelang tidur setiap malam, cobalah Anda cari tiga hal yang pantas Anda syukuri hari ini sebagai rahmat dan anugerah dari Tuhan. Tiga hal saja. Tidak sulit bukan?
Kalau kebetulan hari ini Anda mendapatkan berbagai ''kabar baik'' tentunya tak sulit melakukannya. Tapi, bagaimana kalau hari ini berlalu dengan berbagai kesulitan bahkan musibah: anak Anda sakit, dompet Anda hilang, Anda baru dimarahi atasan, mobil Anda ditabrak orang, atau orang tua Anda dirawat di rumah sakit. Kalau demikian apa yang harus kita syukuri?
Kalau pertanyaan itu yang Anda ajukan, nampaknya kita perlu memahami tiga hal berikut. Pertama, bersyukur sebetulnya tidaklah hanya dapat kita lakukan di saat senang, tetapi juga di saat susah. Kita perlu menyadari bahwa setiap musibah selalu mengandung 'rahmat' yang terselubung. Musibah adalah alat yang sangat ampuh untuk membuka mata kita pada banyaknya kenikmatan yang telah kita lupakan.
Kedua, dalam menerima musibah kita perlu senantiasa bersyukur bahwa hal itu tidaklah terlalu buruk. Falsafah Jawa mengenal istilah ''Masih untung.'' Ini sebuah cara pandang yang sangat spiritual. Belum lama ini anak saya yang berusia 3 tahun jatuh di kamar mandi sehingga kepalanya harus dijahit di rumah sakit. Sudah tentu kami sekeluarga sangat sedih dan prihatin. Tapi, malam itu saya masih bisa bersyukur karena ternyata luka yang dialaminya tak terlalu parah dan akan membaik dalam beberapa hari ke depan.
Paradigma ''Masih untung'' ini bukanlah sekadar untuk menghibur dan menyenang-nyenangkan diri. Sikap ini didasari oleh keyakinan mendalam bahwa Tuhan senantiasa melindungi kita. Bahwa rahmat selalu ada di sekitar kita betapa pun kecilnya. Ini akan mengubah penolakan menjadi penerimaan, kekacauan menjadi keteraturan, dan kekeruhan menjadi kejernihan. Lebih dari itu hidup kita akan senantiasa diliputi perasaan penuh. Apapun yang sudah kita miliki menjadi cukup, bahkan berlebih.
Ketiga, kita seringkali tak dapat menemukan hal-hal yang patut disyukuri karena kita sering merasa bahwa sesuatu itu sudah semestinya terjadi. Padahal, segala sesuatu tidak terjadi begitu saja. Semuanya karena rahmat Tuhan. Mungkin Anda tidak merasa mendapatkan hal istimewa pada suatu hari. Tapi, bukankah hari itu kita dan seluruh anggota keluarga sampai di rumah dengan selamat? Bukankah kita masih bisa menikmati makanan yang lezat? Bukankah jantung kita masih terus berdetak, nafas kita pun tak pernah berhenti? Bukankah kita masih dapat melihat, mendengar, berjalan, dan bekerja?
Hal-hal yang saya sebut di atas seringkali kita anggap sebagai sesuatu yang remeh, dan terjadi begitu saja. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Coba Anda saksikan acara Tali Kasih yang dipandu Dewi Hughes di sebuah televisi swasta. Anda akan sadar, bahkan mungkin sambil meneteskan air mata menyaksikan betapa banyaknya orang yang tak dapat menikmati hal-hal yang kita anggap remeh tadi. Menyaksikan acara-acara seperti ini akan membuka mata hati kita akan betapa banyaknya rahmat yang sering kita lupakan dalam hidup ini.
Pembaca yang budiman, mulai nanti malam cobalah kiat sederhana ini. ''Tiga Syukur Setiap Hari'' akan mengubah cara pandang Anda terhadap hidup. Dengan demikian Anda akan merasakan hidup yang begitu indah, penuh rahmat, berkecukupan, dan berkelimpah-ruahan. (Avan Pradiansyah)
No comments:
Post a Comment